Transformasi Politik Melalui Media Digital

Di Indonesia telah terjadi transformasi politik melalui media digital dengan cara yang signifikan. Platform media sosial telah menjadi alat yang digunakan oleh publik untuk berpartisipasi dalam politik dan menyampaikan pendapat politik mereka. Sebuah survei yang dilakukan oleh mahasiswa UNAIR untuk mengkaji dampak media digital pada anak muda dan keterlibatan politik mereka melalui platform digital. Studi ini dipengaruhi oleh fenomena partisipasi mahasiswa yang masif pada Agustus 2019 sebagai respons terhadap undang-undang korupsi baru yang diajukan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).

Penelitian ini mengadopsi konsep ruang publik dari teori Jürgen Habermas sebagai landasan analisisnya. Konsep ruang publik ini berkaitan dengan tujuan penelitian untuk melihat bagaimana pemuda berpartisipasi dalam masalah politik untuk belajar dan mendiskusikan keyakinan umum mereka secara terbuka di depan publik. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan mengambil sampel lebih dari empat ratus responden secara acak selama protes berlangsung.

Kesimpulan dari penelitian ini menunjukkan bahwa anak muda aktif berpartisipasi dalam berbagai kegiatan politik, termasuk protes terhadap undang-undang baru. Partisipasi ini telah memperkuat demokrasi dan memberikan kontribusi pada struktur politik di Indonesia. Melalui platform media sosial, partisipasi anak muda dalam politik menjadi terlihat. Studi ini juga memberikan beberapa rekomendasi bagi anak muda untuk menunjukkan partisipasi mereka melalui platform digital.

Orang-orang di Indonesia telah menyaksikan perkembangan teknologi yang muncul dalam komunikasi politik. E-demokrasi di Indonesia telah memasuki fase dan era baru. E-partisipasi dalam lingkungan digital telah menarik perhatian pengguna dan partai politik untuk merevisi kebijakan mereka guna meningkatkan kesadaran masyarakat. Media digital memperkuat demokrasi di Indonesia dan menjadi tempat partisipasi politik yang tidak hanya bersifat tradisional, tetapi juga berakar pada kehidupan sosial berbagai elemen masyarakat.

Lanskap digital demokrasi memungkinkan jaringan yang memberdayakan kelompok atau individu untuk bersuara, berpartisipasi dalam kampanye, dan menunjukkan kesadaran serta untuk melakukan tindakan kolektif. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa komunitas online memberdayakan masyarakat untuk berpartisipasi dan berbicara demi kepentingan bersama. Sebagai contoh, kampanye SMS di Filipina pada tahun 2001, protes di Korea Selatan terkait impor daging sapi, dan Revolusi Payung di Hong Kong pada tahun 2014. Penggunaan internet juga merupakan cara yang efektif untuk berpartisipasi dalam kegiatan politik.

Namun, platform digital memberikan peluang untuk terlibat dalam tindakan kolektif bagi masyarakat umum di negara-negara Asia. Semangat keterlibatan komunitas dalam proses demokrasi fokus pada kontribusinya terhadap struktur politik negara. Oleh karena itu, e-demokrasi menjadi platform yang terbuka bagi partisipasi politik semua segmen masyarakat, untuk berpartisipasi secara proporsional, dan terlibat dalam setiap aspek dan kelompok masyarakat.

Internet telah mengubah interaksi sosial antara komunitas dan individu. Hal ini telah meredefinisi makna keterlibatan komunitas, terutama bagi anak muda. Meskipun pentingnya interaksi fisik mungkin tidak dapat diwujudkan karena beberapa alasan, digitalisasi telah menyediakan platform untuk membentuk komunitas online baru, berpartisipasi secara digital, dan terlibat dalam jenis baru keterlibatan politik.

Penelitian ini dilakukan berdasarkan fenomena nyata partisipasi anak muda dalam protes massal di berbagai kota di Indonesia. Tujuannya adalah untuk menjelaskan perjuangan anak muda sebagai bagian dari kegiatan politik dan mendorong pembuat kebijakan untuk memanfaatkan potensi mereka.

Literatur ilmiah mencatat bahwa gerakan mahasiswa menggunakan internet dan media sosial untuk berpartisipasi dalam demokrasi digital di Indonesia. Penelitian ini menemukan bahwa anak muda di Indonesia berpartisipasi secara besar-besaran dalam protes di seluruh negeri. Ada beberapa alasan yang mendasari partisipasi ini, seperti korupsi dan perubahan pola demokrasi. Protes menjadi motivasi bagi anak muda untuk terlibat dalam demonstrasi politik atau pertemuan ruang publik untuk kepentingan bersama. Beberapa ilmuwan sosial, seperti Di Gennaro, Dutton, dan Coleman, berpendapat bahwa ruang publik merupakan suara individu yang terkait dengan pemerintah atau negara; mereka berpandangan bahwa penggunaan ruang publik akan membantu dalam mendukung mereka dan berdampak pada politik saat ini.

Dengan demikian, aplikasi media sosial, komunikasi pribadi, dan teknologi informasi lainnya mendukung individu dalam memperoleh informasi dan mempromosikan komunikasi selama aktivitas politik mereka.