Explore the history of the archipelago: ICAS 13 holds an exhibition and walking tour in the Old City of Surabaya

SURABAYA – ADM WEB | Surabaya merupakan kota yang kaya akan kisah sejarah dari masa lampaunya. Kisah-kisah tersebut kini dihidupkan kembali melalui perbaikan dan pemeliharaan sejumlah bangunan bersejarah yang terletak di kawasan Kota Lama Surabaya. 

International Convention of Asia Scholars (ICAS) ke-13 melalui salah satu agendanya yang bertajuk “Media and Heritage Workshop and Activity: Heritage Walk – Tracing the Spice Route in Surabaya” memperkenalkan wajah baru Kota Lama Surabaya kepada para akademisi dari seluruh dunia. Agenda ini digelar pada Selasa, (30/07/2024) yang berlokasi di De Javasche Bank sebagai titik awalnya. 

Pameran Karya Fadriah Syuaib, Rempah dari Gunung ke Laut

Sebelum melakukan perjalanan menyusuri Kota Lama Surabaya, para akademisi disuguhkan dengan pameran seni yang bertempat di lantai dua Gedung De Javasche Bank. Pameran ini menghadirkan karya Fadriah Syuaib, seniman perempuan asal Ternate, Maluku Utara. Karyanya yang bertajuk “Rempah dari Gunung ke Laut” mengisahkan tentang kehidupan rempah-rempah melalui berbagai peristiwa. Fadriah menggambarkan bagaimana perkebunan rempah-rempah menjadi target pertambangan yang mengakibatkan hilangnya banyak kebun di Halmahera. 

Uniknya, pameran ini juga menghadirkan pengalaman audio bagi para pengunjung melalui rekaman telepon genggam seorang pemilik Toko Harapan Karya di Ternate. Rekaman tersebut menceritakan tentang keadaan hasil bumi Indonesia saat ini, seperti coklat, cengkeh, dan pala. Rumen The selaku pemilik toko turut menyayangkan para generasi muda yang mulai meninggalkan pekerjaan di sektor perkebunan.  

Walking Tour Menyusuri Kota Lama 

Setelah menikmati pameran di Gedung De Javasche Bank, para akademisi yang hadir diajak untuk menyusuri Kota Lama dengan berjalan kaki. Adapun pemandu dari kegiatan ini berasal dari Oud Soerbaja Hunter, komunitas penggemar sejarah bangunan kolonial, dan Ternate Heritage Society. Perjalanan ini dimulai dengan mengunjungi Bank BNI 46 Rajawali yang dulunya merupakan perusahaan dagang Amsterdam. Kemudian, perjalanan dilanjutkan dengan kunjungan di PT. Perkebunan Nusantara X. Destinasi bangunan terakhir terletak di  Gedung Maybank yang dulunya dikenal dengan nama Nuts Spaarbank.

Maulana Ibrahim dari Ternate Heritage Society mengatakan bahwa walking tour ini tidak hanya dapat memperkenalkan wajah Kota Lama Surabaya kepada akademisi mancanegara, tetapi juga memberikan saran untuk pengelolaan Kota Lama kepada pemerintah ke depannya. 

“Kita mau memperkenalkan inilah wajah Kota Lama saat ini dan minta masukan kepada para peserta ICAS yang merupakan ilmuwan di seluruh dunia. Kita tampung semua comment-nya, nanti kita ketik kemudian diserahkan ke pihak-pihak berwenang sebagai sumbangsih saran dari ICAS kepada Pemerintah Kota Surabaya dalam mengelola kawasan ini,” ungkap Maulana.

Maulana turut memberikan usulan mengenai penataan lalu lintas agar memberikan rasa aman terhadap para pengunjung kawasan Kota Lama. Ia menganggap bahwa kawasan tersebut sangat cocok untuk menjadi kawasan pejalan kaki, sehingga lalu lintas harus dijaga dengan baik. 

Artikel ini merefleksikan poin SDGs ke-11 dan ke-17, yaitu Sustainable Cities and Communities dan Partnerships for the Goals. (KN).

source
https://unair.ac.id