13th ICAS Presents the Film 'The Lost Cow': Cultural Cinema at the Ethnography Museum and Center for Death Studies UNAIR

SURABAYA – ADM WEB | International Convention of Asia Scholars (ICAS) ke-13 yang diselenggarakan di Universitas Airlangga hari keempat pada Rabu (31/07/2024) menggelar beberapa kegiatan. Salah satu kegiatan utama yakni pemutaran film dan diskusi bertajuk “Sapi yang Hilang: Praktik Kolaboratif dalam Mempelajari dan Mendokumentasi Scapes Kematian di Indonesia Kontemporer”. Pemutaran film dan diskusi ini berlangsung di Museum Etnografi dan Pusat Kajian Kematian UNAIR.

Film ini menjelaskan mengenai tradisi Hindu Bali dalam upacara Ngaben yang wajib diselenggarakan untuk orang mati. Upacara ini dilakukan agar roh dapat menuju surga dan menunggu reinkarnasi. 

Ngaben Massal di Taman Kaja, Ubud, Bali, Mengalami Transformasi selama Masa Pandemi

Perekonomian Bali yang ambruk akibat pandemi COVID-19 belum sepenuhnya pulih. Akibatnya, hal ini memberikan dampak yang sangat signifikan dengan berlangsungnya upacara Ngaben. 

Tata cara dalam Upacara Ngaben tergolong rumit dan membutuhkan waktu berhari-hari. Maka dari itu, diperlukan berbagai macam persembahan dan perlengkapan upacara yang tentunya tidak murah. Dalam upacara ini, akan melibatkan banyak orang mulai dari persiapan hingga pelaksanaannya. Maka dari itu, biaya Ngaben bisa mencapai puluhan hingga ratusan juta rupiah. 

Dari pemutaran film “Sapi yang Hilang” ini menjelaskan bahwa terdapat beberapa perubahan dalam pelaksanaan upacara Ngaben, salah satunya adalah petulangan. Petulangan bermakna sebagai kendaraan roh orang mati menuju surga. Petulangan biasanya berbentuk hewan lembu atau singa sesuai dengan ciri khas klen atau keluarga masing-masing.

Pada tahun 2022, petulangan bentuk hewan ditiadakan. Namun diganti dengan table yaitu kotak peti sederhana yang terbuat dari kayu. Meskipun telah ditemukan alternatif yang lebih efisien, tidak semua keluarga peserta Ngaben massal puas dengan keputusan ini. Namun dengan kesadaran ego dari keluarga masing-masing, akhirnya petulangan dalam upacara Ngaben dapat menggunakan table.

Tanggapan Audiens 

Selain pemutaran film, acara ini juga dilakukan sesi diskusi yang disertai dengan tanya jawab mengenai topik yang disajikan. Seluruh peserta terlihat antusias dan menikmati film “Sapi yang Hilang”. Adila Dinda Yuniarta, alumni Universitas Jember Jurusan Pendidikan Sejarah memberikan tanggapannya terhadap acara ini. 

“Menurutku film ini bagus dan menarik banget karena kita jadi  tahu dan dapat ilmu baru tentang prosesi pelaksanaan Ngaben. Ternyata Ngaben itu ga semurah dan segampang itu, dan pandemi COVID berpengaruh besar pada Ngaben. Bertempat di Museum Kematian juga mendukung suasana. Karena dari sini aku jadi banyak tahu tentang adat istiadat dan ritual dari pemakaman berbagai suku budaya,” ujarnya.

Artikel ini merefleksikan SDGs poin ke-10 Reduced Inequalities dan ke-11 Sustainable Cities and communities. (MM).

source
https://unair.ac.id