Exploring the Role and Illocutionary Acts of Media in the 13th ICAS Workshop Activities

SURABAYA – ADM WEB | Pada hari Kamis (01/08/2024), kegiatan International Convention of Asia Scholars (ICAS) ke-13 kembali dilaksanakan di Universitas Airlangga. Rangkaian ICAS hari kelima ini diagendakan dengan beberapa kegiatan, antara lain diskusi panel, poster presentation, hingga workshop dalam sepanjang hari. Salah satu workshop yang berlokasi di ASEEC Tower ini mengusung tema Language, Media, and Society dengan menghadirkan beberapa pembicara, yaitu Gusti Praminatih, Tri Wijayanti, Rasyid Suroso, dan Sundararaj Dharmara. 

Suporter Sebagai Identitas

Dalam pemaparannya, Tri Wijayanti mengangkat kasus tragedi Kanjuruhan yang terjadi pada bulan Oktober 2022 lalu. Suporter sepakbola di Indonesia menjadi salah satu klub olahraga paling populer. Akan tetapi, peran suporter tidak hanya sekedar mendukung tim saja, melainkan suporter dapat menjadi bagian dari identitas tim lewat nilai-nilai, keyakinan, koneksi, dan emosi yang menghubungkan mereka dengan orang lain.

“Hal ini terlihat dari liga sepak bola Indonesia, Arema Football Club Merupakan salah satu klub sepak bola paling populer di Indonesia. Pada tahun 2010, mereka bahkan terpilih sebagai komunitas pendukung terbesar ke-7 di Asia,” ungkapnya.

Peran Media Sebagai Sarana Tuntutan Pernyataan

Menurut Tri, media dapat menjadi alat tindakan untuk mendorong pihak yang bertanggung jawab untuk mengatasi tragedi Kanjuruhan. Tujuan lain adalah untuk mendapatkan respon khusus dari pembaca terhadap kasus tertentu. Dalam konteks ini, Aremania (klub suporter sepak bola Arema) telah mengajukan tiga tuntutan, antara lain menuntut penangkapan semua individu yang bertanggung jawab dalam insiden, mendorong agar tragedi Kanjuruhan diakui sebagai pelanggaran serius terhadap HAM, dan menuntut kompensasi atas kerugian korban dan keluarganya. 

Ekspresi yang dimuat dalam media mengandung beberapa tindakan ilokusi, antara lain direktif, asertif, dan ekspresif. Direktif artinya bertujuan untuk mempengaruhi tindakan terhadap tragedi, seperti menuntut dan memerintahkan. Asertif bertujuan untuk menyampaikan fakta dan opini terkait informasi. Terakhir, ekspresif bertujuan untuk mengungkapkan perasaan tertentu, contohnya belasungkawa.

Artikel ini merefleksikan nilai-nilai Sustainable Development Goals (SDGs) poin ke-16 yaitu Peace, Justice, and Strong Institutions. (VKE).

source
https://unair.ac.id