FISIP UNAIR Community Service Program Highlights Endogamous Marriage Issues in East Lombok Communities

Tim Pengabdian Masyarakat FISIP UNAIR kembali menggelar kegiatan pengabdian pada hari Sabtu (24/6) dengan judul “Pencegahan Pernikahan Endogami di Masyarakat Lombok Timur terhadap Kesehatan Anak” di desa Pandan Wangi, Kecamatan Jerowaru, Kabupaten Lombok Timur.

Dr. phil. Toetik Koesbardiati, Dra., yang menjabat sebagai ketua tim pengabdian masyarakat (pengmas), menjelaskan bahwa kegiatan ini didasarkan pada temuan data yang menunjukkan bahwa banyak masyarakat di wilayah Lombok Timur masih memandang pernikahan endogami sebagai praktik yang umum. Hasil pre-test yang dilakukan oleh tim pengmas menunjukkan bahwa praktik pernikahan endogami masih sering terjadi di daerah tersebut.

“Toetik mengatakan, “Setelah kami tiba, kami melakukan pre-test dan menemukan bahwa pernikahan endogami adalah praktik umum. Dan dari data awal kami, salah satu efek yang terlihat adalah mereka bingung mengapa anak-anak mereka pendek, dan beberapa bahkan memiliki polidaktili (jari tambahan).”

Salah satu alasan masih tingginya praktik pernikahan endogami adalah kekhawatiran masyarakat akan merusak hubungan dalam keluarga besar. Selain itu, kesadaran tentang pentingnya pendidikan masih rendah. Bagi mereka, ijazah hanya dianggap sebagai selembar kertas yang tidak sebanding dengan kekayaan yang mereka anggap cukup untuk membiayai hidup. “Meskipun orang tua mereka mampu memberikan biaya pendidikan, anak-anak mereka sendiri tidak tertarik,” tambahnya.

Sementara itu, menurut Delta Bayu Murti, S.Sos., M.A., salah satu dosen yang terlibat dalam kegiatan pengmas ini, tujuan dari program ini adalah memberikan pemahaman kepada masyarakat sekitar tentang risiko pernikahan endogami. “Melalui penyampaian informasi dan pengetahuan, kami berharap mereka dapat memahami bahwa pernikahan endogami dapat berdampak negatif pada anak-anak mereka. Dengan demikian, kami berharap mereka akan lebih sadar akan risiko dan konsekuensi dari praktik endogami ini di masa depan,” katanya.

Inisiatif ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan memberikan edukasi kepada masyarakat lokal mengenai risiko yang mungkin terkait dengan pernikahan endogami, dengan harapan dapat membentuk masyarakat yang lebih terinformasi dan peduli terhadap kesehatan.